|
Peta Nusantara |
MAKALAH
Pengaruh Hindu Budha di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal
diyakini berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad
masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia
akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan
yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur
bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga
dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu
yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi peninggalan
agama budha. Agama hindu dan budha masuk di berbagai tempat di Indonesia
melalui berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan lain-lain.
Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan untuk beberapa waktu, Indonesia
(sriwijaya) pernah menjad pusat pendidikan dan pengetahuan agama budha yang
bertaraf internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Agama Hindu-Buddha di Indonesia
1.
Masuk
dan Berkembangnya Agama Hindu dan Buddha di Indonesia
Ikut sertanya Indonesia dalam
perdagangan Internasional mengakibatkan berbagai pengaruh asing massuk ke
nusantara. Salah satunya adalah agama hindu dan buddha yang besar pengaruhnya
diberbagai bidang. Sejak abad pertama masehi bangsa Indonesia sudah menjalin
hubungan dagang dengan India. Selain emas, bangsa India juga memerlukan
barang-barang lain, seperti kayu cendana, cengkeh dan lada. Dari India, para
pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di Indonesia, seperti
wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan permata. Sebelum bangsa Indonesia
berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesi telah memiliki kebudayaan asli
dari zaman prasejarah.
2.
Masuk
dan Berkembangnya Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya
pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Dari hubungan
perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha
ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Teori Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini
menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
India yang berkasta sudra. Alasannya karenaa mereka dianggap sebagai orang-orang
buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia
dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah Von Van
Faber.
b. Teori Waisya
Kasta waisya terdiri atas para
pedagang. Menurut teori ini, para pedagang dari India berlayar hingga ke
Indonesia. Melaui interksi dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil
memperkenalkan agama hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah
Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh
kaum pedagang yang datang untuk berdagang di Indonesia, bahkan diduga ada yang
menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
c. Teori Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa
penyebaran agama Hindu ke indonesia terjadi karena adanya kekacauan politik di
India. Golongan kesatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia dan menyebarkan
agama Hindu. Prof. Dr. Ir. J. L. Moens berpendapat bahwa yang membawa agma
Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria atau golongan prajurit. Hal ini di
latar belakangi adanya kekacauan politik dan peperangan di india pada abad IV-V
masehi. Para prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke
Indonesia,bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
d. Teori Brahmana
Kedatanagan kaum brahmana ke
Indonesia di duga untuk memenuhi undungan kepala suku yang tertaik dengan agama
Hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia
perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawah oleh kaum brahmana
karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci
Weda. Kedatangan kaum brahmana tersebut di duga karena undangan para pengusa
lokal di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke
Indonesia.
Ketiga
teori tersebut sebetulnya juga memiliki kelemahan. Golongan kesatria dan waisya
tidak menguasai bahasa Sanskerta. Oleh karena itu, kecil kemungkinan bagi
mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang berintikan bahasa Sanskerta. Kita
ketahui bahwa bahasa sanskerta adalah bahasa sastra tertinggi yang di pakai
dalam kitab suci Weda. Sebalikya, meskipun menguasai bahasa Sanskerta golongan
brahmana tidak boleh menyeberangi laut. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan
Hindu kolot yang memiliki pantangan tersebut
e. Teori Arus balik
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K
Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan
pengembangan agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan
oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di
Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha.
Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis.
Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya
ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa diliat
dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
Itulah empat teori tentang masuknya
agama dan kebudayaan India ke Indonesia. Ke empat teori tesebut menyebut faktor
perdagangan sebagai penyebab masuknya Hindu- Budha ke Indonesia. Bisa jadi
interaksi antara bangsa Indonesia dan India mustahil terjadi jika tidak ada
kontak dagang. Oleh karena itu, tidak aneh jika di berbagai daerah di temukan
peninggalan Hindu- Budha
Masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha membawa pengaruh besar di
berbagai bidang, meliputi sebagai berikut.
1) Agama, rakyat Nusantara memelk agama
Hindu-Buddha.
2) Pemerintahan, munculnya
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
3) Tulisan dan bahasa, rakyat Indonesia
mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang dituliskan pada prasasti-prasasti.
4) Arsitektur, seni bangunan bercorak
Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan Indonesia, misalnya banhunan
candi.
5) Kesusastraan, munculnya kitab-kitab
sastra bercorak Hindu-Buddha.
3.
Perkembangan
Agama Buddha di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara
Agama Buddha mengalami perkembangan
pesat di India pada masa pemerintahan Raja Ashoka Vardhana (273-232 SM) dan
agama Buddha dijadikan agama negara.
Di Asia Tengah, agama Buddha
mengalami perkembangan pesat, masuk ke Cina pada tahun 65 M melalui para rahib
yang tinggal di Biara sepanjang jalur Jalan Sutra. Di Tibet pemimpin Buddha
disebut Lama. Agama Buddha masuk ke Kerajaan Cina masa Dinasti Han. Aliran
Budddha Mahayana banyak dianut rakyat Cina.
Sekitar
tahun 108 M Kerajaan Cina menaklukan Korea (Kerajaan Paikche). Hal ini
mengakibatkan agama Buddha masuk ke Korea. Dari koreaa agama Buddha berkembang
ke Jepang pada tahun 538 M. Raja Paikche mengirimkan bingkisan berupa arca
Buddha dan naskah-naskah ajaran Buddha kepada tenno di Yamato.
Masuknya Buddha di kawasan Asia
Tenggara melalui jalur perdagangan laut. Negara-negara Asia Tenggara yang
mendapat pengaruh Buddha, antara lain sebagai berikut.
a. Thailand
: di Kerajaan Sukothai dan Ayuthia
b. Myanmar
: berkembang masa pemerintahan Raja Anawasta (1044-1077 M)
c. Laos
: berkembang pada masa Kerajaan Lan Xang
d. Kamboja
: masa Raja Jayamarwan VII tahun 1211-1219 M
e. Nusantara
: berkembang pesat di Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-9.
Penyebaran
agama Buddha dilakukan oleh sebuah misi yang dikenal dengan Dharmaduta. Para
ahli memperkirakan pada abad II Masehi agama Buddha masuk ke Indonesia.
Pendaapat mereka diperkuat dengan adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari
perunggu di Sempaga (Sulawaesi Selatan), jember (Jawa Timur), dan Bukit
Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat dari ciri-cirinya, arca tersebt berasal
dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad II-V Masehi. Selain itu,
ditemukan juga arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun,
Kutai(Kalimantan Timur).
Agama
Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh para biksu. Para biksu meyebarkan agama
Buddha di Indonesia, diantaranya berasal dari Kashmir yang bernama Gunawarman
(420 M). Pada masa-masa berikutnya pengaruh budaya dan agama buddha ibawa oleh
orang-orang Indonesia sendiri yang belajar di perguruan tinggi Nalanda, India.
Agama Buddha yang tersiar di Indonesia terutama dari aliran Mahayana. Ajaran
agama Buddha bersumber dari kitab suci “Tripitaka”.
4.
Daerah-Daerah
Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah yang dipengaruh unsur
budaya Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Di Sumatera,
pengaruh Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu. Hal ini terbukti dengan
berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan
agama Buddha di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama Hindu antara lain terdapat di
wilayah Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bukti tertulis yang menjelaskan yaitu
adanya prasasti Yupa yang di temukan di temukan di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara di wilayah Indonesia
Timur, pengaruh unsur Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu hanya sebagian di
wilayah P. Buru dan Seram, sedangkan daerah lainnya masih menganut kepercayaan
nenek moyang.
Faktor penyebab tidak masuknya
pengaruh Hindu-Buddha ke wilayah timur Indonesia, anatara lain sebagai berikut.
a.
Kawasannya
sangat luas.
b.
Wilayah
Indonesia bagian timur terlalu jauh untuk dijangkau.
c.
Wilayah
Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.
5.
Pengaruh
Agama Hindu-Buddha di Indonesia
a.
Bidang
Kepercayaan
Sebelum budaya India masuk, di
Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek
moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan
satu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa
sedangkan dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara
berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawalai oleh lapisan elite
para datu dan keluarganya.
b.
Bidang
Sosial
Dalam sistem pemerintahan asli
Indonesia, masyarakat Indonesia tesusun dalam kelompok-kelompok desa yang
dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran
agama Hindu-Buddha sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c.
Bidang
Teknologi
Peninggalan Hindu-Budhadalam bidang
seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa
candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang
digunakan sebagi makam raja dan bagian atas punden bertingkat dibuatkan patung
rajanya. Adapun Candi ddi India berbentul Stupa bulat yang digunakan sebagai
tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi
Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi
Borobudur dan Candi Kalasan.
d.
Bidang
Kesenian
Dalam bidang seni rupa, pengaruh
Hindu-Buddha berupa hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai
dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Buddha berupa
penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta pada prasasti-prasasti.Ada
juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita
ramayanadan mahabarata yang di jadikan lakon wayang.banyak kitab Hindu-Budha
yang menjadi aset bangsa saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e.
Bidang
Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh
tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu
pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum.
Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan
pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Ssalah satu hasil dari perkembangan
pendidikan, di kemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat
“Universitas” yang dapat menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk
belajar agama.
B.
Berkembangnya
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Salah satu pengaruh India yang berkembang di Indonesia
adalah munculnya kerajaan. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang
memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Ada kerajaan yang berada pedalaman
dengan mengandalkan bidang agraris, ada pula yang terletak di pesisir pantai
dengan mengandalkan kegiatan bahari.
1.
Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai berkembang pada abad
V masehi. Sumber mengenai kerajaan ini berupa prasasti yang berbentuk tujuh
buah yupa yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Raja terbesar
kerajaan kutai adalah Mulawarman. Mulawarman adalah putra Aswawarman dan
Aswawarman adalah putra Kudungga. Keluarga Kudungga pernah melakukan Vratyastoma,
yaitu uapacara pencucian diri untuk masuk agama Hindu. Aswawarman disebut
dalam yupa sebagai dewa Ansuman atau dewa matahari dan dipandang sebagai
Wangsakerta, atau pendiri keluarga raja.
Raja Mulawarman pernah mengadakan
kurban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci Waprakeswara.
Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa (di Jawa disebut
Baprakeswara). Para ahli menyimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah
Hindu Syiwa.
2.
Kerajaan
Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan
Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti berbahasa sansekerta dan huruf
pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Kebun Kopi, Jambu, Tugu,
Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien pernah
datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo
atau Taruma di Pulau Jawa.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan
berkembang pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman.
Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa Barat dengan pusat
kekuasaan di daerah Bogor, Raja pernah memerintahkan pembangunan irigasi dengan
cara menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak (± 11 km). Saluran itu selain
berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini selanjutnya disebut sebagai
sungai Gomati. Setelah selesai panggalian, Raja mengadakan upacara kurban
dengan memerikan hadiah 1.000 ekor lembu bada Brahmana.
3.
Kerajaan
Sriwijaya
Keberadaan kerajaan ini diketahui
melalui enam buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf
pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah
Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama
Sriwijaya juga terdapat dalam berita Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih.
Sementara itu di berita Arab, Sriwijaya disebut dengan Zabag atau Zabay atau
dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang bernama I-Tsing sering
dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya
terdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. Berita dari
Dinasti Sung juga menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun
971-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah
Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa.
Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan
penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad
VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000 oarang pendet yang belajar agama Buddha di
bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemudu Sriwijaya
juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan
Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa,
candi, atau patung/arca Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan
Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
4.
Kerajaan
Mataram Hindu
Keberadaan kerajaan Mataram dapat
diketahui melalui Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778 M), Mantyasih (907 M),
dan Klurak (782 M). Semua prasasti ditulis dengan huruf pranagari dan bahasa
sansekerta. Kejayaan kerajaan Mataram terlihat pada bangunan-bangunan Candi
seperti Dieng, Gedong Sanga, Borobudur, Mendut, Plaosan, Prambanan, dan Sambi
Sari.
Kerajaan Mataram di perintah dua
dinasti atau wangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan Syailendra (Buddha). Raja-raja
yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda,
maupun Klurak. Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih.
Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai pikatan
dengan Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Pada masa pemerintahan Wawa
(abad X M), Mataram mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke
Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Dinasti Isyana berdiri dengan kerajaannya adalah
Medang Mataram.
5.
Kerajaan
Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan
diperkirakan terletak di Lembah Sungai Brantas, wilayahnya meliputi Nganjuk,
Surabaya, Pasuruan, dan Malang. Sumber sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
a. Prasasti Empu Sindok (933 M)
ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b. Prasasti Ladang/Candi Lor (939 M)
berbentuk Tugu.
c. Prasasti Kalkuta, dibuat masa Raja
Airlangga.
d. Berita dari Cina masa Dinasti Sung.
Kerajaan
Medang Kamulan pendirinya adalah Empu Sindok sekaligus pendiri Dinasti Isyana.
Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Masa pemerintahannyaagama Hindu
dan Buddha hidup berdampingan. Empu Sindok digantikan dengan cucunya yaang
bernama Dharmawangsa. Ia bercita-cita menguasai jalur perdagangan dan pelayaran
Nusantara yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk itu, pada tahun 991M
Dharmawangsa menyerang Malaka dan Sriwijaya.
Pada tahun
1017 M Kerajaan Medang mengalami Pralaya akibat serangan dari Wurawari.
Airlangga berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1023 Airlangga dinobatkan
menjadi Raja Medang menggantikan Dharmawangsa. Ia berhasil menyatukan kembali
kerajaan, memindahkan ibu kota Kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan
tahun 1031, memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin
Sapta. Pada tahun 1041 Airlangga mundur dari takhtanya dan membagi kekuasaan
menjadi dua kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu dengan batas Sungan Brantas.
Pembagian kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana yang terkenal kesaktiannya,
yaitu Mpu Bharada.
6.
Kerajaan
Kediri
Kerajaan kediri semula bernama panjalu
(bagian dari Medang Mataram). Kisah kerajaan ini termuat dalam prasasti
Banjaran (1052 M) yang menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala dan
prasasti Hantang (1052 M) yang menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya. Selain
itu, ada kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh tahun 1156 M yang
menceritakan Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina yang berjudul
Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chu-fan-chi
yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Raja Kediri yang terkenal antara
lain Raja Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan lencana Candrakapala, yaitu
tengkorak yang bertaring. Raja Jayabaya memerintah tahun 1130-1160
mempergunakan Narasingha, yaitu setengah manusia setengah singa. Pada tahun
1181 pemerintahan Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan nama-nama binatang
sebagai namanya seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, dan Gajah
Kuning. Kertajaya menjadi Rajaa Kediri tahun 1200-1222. Ia memakai lencana
Garudamuka seperti Raja Airlangga, mtetapi kurang bijaksana dan tidak disukai
oleh rakyat terutama kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab
berakhirnya Kerajaan Kediri karena kaum brahmana meminta perlindungan kepada
Ken Arok di Singasari sehingga pada tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan
Kediri.
7.
Kerajaan
Singasari
Keberadaan Kerajaan Singasari
didasarkan pada kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan
raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab Pararaton yang juga
menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di
Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya karena tertarik kepada Ken
Dedes isteri Tunggul Ametung. Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri
sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken
Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa
Bhattara Sang Amurwabhuni.
Raja Singasari yang terkenal adalah
Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya Singasari mencapai puncak
kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai
gagaasan politik untuk memperluas wilayah kekuasannya, menyingkirkan
lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan, menyatukan agama Syiwa dan
Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha dipimpin oleh Dharma Dyaksa),
melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275.
Setelah Kertanegara meninggal karena serbuan tentara kubilai khan dari Mongol
dan serangan Jayakatwang dari kediri tahun 1292, diberi penghargaan di Candi
Jawi sebagai Syiwa Buddha, di Candi Singasari sebagai Bhairawa dan di Sagala
sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Penginggalan
Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, dan Putung Joko
Dolok (Perwujudan Kartanegara).
8.
Kerajaan
Majapahit
Sumber kerajaan Majapahit berupa
kitab. Kitab Pararaton yang menjelaskan tentang raja-raja Majapahit. Kitab
Negarakertagama (karya Mpu Prapanca pada tahun 1365) menjelaskan keadaan kota
Majapahit, daerah jajahannya, dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah
kekuasaaanya. Kitab Sundayana menjelaskan tentang Perang Bubat. Kitab
Usaha Jawa menjelaskan tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan
Arya Damar. Berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam
bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit
tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518.
Raden Wijaya berhasil memanfaatkan
tentara Kubilai Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun
1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar
Kertarajasa Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana
Tungga Dewi. Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk yang
bergelar Rajasanegara. Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman,
dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak
kebesarannya. Daerah kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara dan
Majapahit berkembang sebagai kerajaan maritim sekaligus kerajaan agraris. Untuk
menguasai Pajajaran, Gajah Mada melakukan politik perkawinan yang
berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam rangka menjalin
persahabatan dengn negara-negara btetangga Majapahit menerapkan Mitreekasatata
yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup berdampingan secara
damai. Sepeniggal gaja mada(1364) dan Hayam wuruk tahun (1389), takhta
Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429 Majapahit
diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang saudara antara Wikramawardhana dengan
Bhre Wirabumi. Inilah awal kehancuran Majapahit yang ditandai dengan
candrasengkala ilang sima kertaning bhumi.
9.
Kerajaan
Holing (Kaling)
Keberadaan kerajaan ini diketahui
dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau
Kaling terletak di Jawa Tengah.
Nama
ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak
ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita
Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu rajanya beristanaa di rumah yang
bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja terbuat dari
gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenali ilmu
perbinatangan. Dalam berita cine tersebut adanya ratu His-mo atau sima, yang
memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang tegas,
jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama
Buddha berkembang bersama agamaa Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya
;;pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selam 3 tahun. Degan
bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning
menerjemahkan kitab Hinayanaa dari bahasa sansekerta.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa India menghasilkan
kebudayaan yang monumental. Gugusan candi Gedong Sanga terlihat anggun di
jajaran pegunungan Ungaran. Candi tersebut dibangun pada masa awal kedatangan
pengaruh Hindu di Indonesia.
Selain
bangunan candi, di berbagai daerah juga ditemukan peninggalan sejarah yang
lain. Pengaruh India lain yang masuk Indonesia adalah Buddha. Seperti halnya
Hindu, pengaruh Buddha juga meninggalkan beragam bentuk peninggalan sejarah.
B.
Saran
Demikian makalah ini kami sajikan, kami selaku penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memotivasi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik lagi.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata dan penulisan
karena kekurangan hanya milik kami dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT.